KISAH NABI IBRAHIM MENCARI TUHAN
A. SURAT AL AN’AM
AYAT 75-79
1. Ayat 75
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ
“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda
keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya)
agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin.”
2. Ayat 76
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ
Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang
(lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu
tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam".
3. Ayat 77
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
“Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata:
"Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata:
"Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku
termasuk orang-orang yang sesat."
4. Ayat 78
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
“Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata:
"Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari itu
telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri
dari apa yang kamu persekutukan.”
5. Ayat 79
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang
menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku
bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”
B. TAFSIR
Dalam ayat-ayat diatas Allah SWT memerintahkan kepada
Rasulullah untuk mengiisahkan dakwah Nabi Ibrahim as yang mengajak manusia
untuk beragama tauhid dan menjauhi penyembahan berhala yang membawa manusia
kepada kesesatan, dengan disertai alasan-alasan yang kuat. Jagat raya dan
seluruh isinya derta hukum yang berlaku didalamnya, cukup kuat untuk menjadi
bukti keesaan Allah dan kebatilan perbuatan orang-orang musyrikin.
Ayat 75, kemudian daripada itu Allah SWT memberikan
penjelasan lagi, bagaimana Allah SWT menampakan kegungan ciptaan Nya di langit
dan di bumi, dan tata susunannya ataupun keindahan tata warnanya. Allah
menampakan kepada Ibrahim as. Benda-benda langit yang beraneka ragam bentuk dan
susunannya, beredar menurut ketentuannta masing-masing secara teratur. Bumi
yang terdiri atas lapisan-lapisan yang banyak mengandung barang tambang dan
perhiasan, sangat berguna bagii kepentingan manusia.
Kesemuanya itu menjadi bukti adanya keagungan Allah, yang
dapat dipahamo oleh manusia dengan berfikir sesuai dengan firmanNya.
Allah SWT menjelaskan pula maksud tujuan dari pengenalan
Ibrahim as. Terhadap keindahan ciptaanNya itu untuk Ibrahim as. Benar-benar
mengenal hukum alam yang berlaku terhadap ciptaanNya, dan kekuasaan Allah yang
mengendalikan hukum-hukum itu, agar dapat dijadikan bukti-bukti dalam
menghadapi orang-orang musrikin yang sesat, dan menjadi pegangan bagi dirinya
agar termasuk orang yang betul-betul meyakini ke Esaan Allah SWT.
Ayat 76, Sesudah itu Allah SWT menjelaskan proses
pengenalaan Ibrahim as. Secar terperinci. Mula pertama pengalaman Nabi Ibrahim
as terhadap bintang-bintang yang pada saat bintang nampak bercahaya dan pada
saat bintang itu tidak bercahaya, dilihatnya sebuah bintang yang bercahaya
paling terang.
Maka timbulah pertanyaan dalam hatinya. “Inikah Tuhanku?
Pertanyaan ini merupakan pengingkaran terhadap anggapan kaumnya. Agar mereka
tersentak untuk memperlihatkan alasan-alasan pengingkaran yang akan
dikemukakan.
Akan tetapi setelah bintang itu tenggelam dan sirna dari
pandangan timbul keyakinan bahwa ia tidak senang kepada yang tenggelam dan
menghilang, apalagi dianggapnya sebagai Tuhan.
Ini sebagai alasan Nabi Ibrahim as untuk mematahkan itikad
kaumnya bahwa semua yang mengalami perubahan itu tidak pantas dianggap sebagai
Tuhan. Kesimpulan Ibrahim as itu merupakan kesimpulan dari jalan fikiran yang
benar dan sesuai dengan fitrah. Dan siapa saja yang melakukan pengamatan serupa
itu, niscaya akan berkesimpulan ssama.
Ayat 77, seirama dengan ayat yang lalu, Allah SWT
menjelaskan pula pengamatan Nabi Ibrahim as terhadap benda langit yang lebih
terang cahayanya dan lebih besar kelihatannya yaitu bulan.
Setelah Nabi Ibrahim as melihat bulan tersembunyi dibalik
cakrawala, dengan cahaya yang terang benderang itu, yang terlihat ketika
terbit, timbulah kesan dalam hatinya untuk mengatakan, “Inikah gerangan
Tuhanku?” Perkataan Ibrahim as serupa itu adalah pernyataan yang timbul secara
naluriyah seperti juga kesan yang didapat oleh kaumnya yang sebenarnya adalah
pernyataan untuk mengingkari kesan pertama yang menipu pandangan mata itu dan
untuk membantah keiyakinan kaumnya seperti pernyataannya dalam ayat yang lalu.
Pengulangan berita dengan memberikan
kenyataan yang lebih tandas adalah untuk menguatkan pernyataan yang
telah lalu. Kemudian setelah bulan itu terbenam dari ufuk dan lenyap dari
pengamatan, diapun memberikan pertanyaan agar diketahui oleh orang-orang
musrikin yang berada di sekitnya.
Ibrhin berkata, “Sebenarnyalah jika Tuhan tidak memberikan
daku petunjuk kepada jalan yang benar untuk mrngetahui dan meyakini ke EsaanNya
niscaya aku termasuk dalam golongan yang tersesat, yaitu orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dan tidak mengakui petunjuk Tuhan, serta menyembah
Tuhan-Tuhan selain Allah. Mereka itu lebih senang memperturutkan hawa nafsunya
daripada melakukan perbuatan yang diridhai Allah. Sindiran yang bertahap ini
adalah sebagai sindiran yang menentukan untuk mematahkan pendapat-pendapat
kaumnya. Sindiran yang pertama lunak, kemudian diikuti dengan sindiran yang
kedua yang tandas, adalah untuk menyanggah pikiran kaumnya secara halus agar
mereka terbuka belenggu hatinya untuk memahami kebenaran yang sebenar-benarnya.
Ayat 78, Kemudian daripada itu Allah SWT mengisahkan sindirannya
yang lebih tajam yaitu pengamatan Nabi Ibrahim as. Terhadap matahari, benda
langit yang paling cerah cahayanya menurut pandangan mata, yang merupakan lah
lalu, yaitu rentetan ketigaa dari pengamatan-pengamatan Ibrahim yang telah
lalu, yaitu setelah Ibrahim as. Melihat matahari tersembunyi terbit di ufuk,
diapun berkata ;” Yang terlihat sekarang adalah Tuhanku” Ini lebih besar dari
pada bintang-bintang dan bulan. Akan tetapi setelah matahari itu tenggelam dan
sirna dari pandangan, beliau pun mengeluarkan peringatan :”Wahai kaumku,
sebenarnya aku berlepas dieri dari apa yang kamu sekutukan.”
Sindiran ini adalah sindiran yang paling tajam untuk
membungkam kaumnya agar mereka tidak mengajukan alasan lagi buat mengingkari
kebenaran yang dibawakan oleh Ibrahim as.
Ayat 79, Setelah Allah SWT mengisahkan kelepasan diri
Ibrahim as dan akidah tauhidnya yang
murni, yaitu Ibrahim as. Menghadapkan dirinya dalam ibadah-ibadahnya kepada
Allah yang menciptakan langit dan bumi.
Dia pula yang menciptakan benda-benda langit yangrang
benderang di angkasa raya dan menciptakan menciptakan manusia seluruhnya,
termasuk pemahat patung-patung yang beraneka ragam bentuknya.
Ibrahim as cenderung kepada agama tauhid dan menyatakan
bahwa agama-agama lainnya adalah batal, dan dia bukanlah termasuk golongan
orang-orang yang musyrik. Dia seorang yang berserah diri kepada Allah SWT
semata. Dan Allah berfirman : “ Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada
orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan
dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus.’
“dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah,
sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telaah berpegang
pada buhul tali yang kokoh.’
C. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari penjelasan diatas adalah sebagai
berikut :
1. Menyembah
berhala atau patung bertentangan dengan fikiran yang benar dan menyimpang dari
ajaran agama tauhid.
2. Dengan melihat
keindahan ciptaan Allah, manusia akan mendapatkan bukti ke Esaan Nya.
3. Benda-benda langit termasuk bintang-bintang
itu bukanlah Tuhan akan tetapi makhluk Nya. Maka tidak pantaslah seorang
endewakan makhluk Allah yang tidak kekal dan mengalami perubahan.
4. Ibrahim as
mengajak kaumnya untuk beragama tauhid, dengan cara-cara yang halus, diajaknya
kaumnya untuk menggunakan fikirn memperlihatkan keindahan ciptaan Allah agar
terbuka fikirannya untuk mengakui keEsaan Nya.
5. Ajaran nabi
Ibrahim as kepada kaumnya untuk memperhatikan keindahan ciptaan llah itu untuk
membenarkan agama tauhid dan meninggalkan kemusyrikan.
6. Nabi Ibrahim as
beragama tauhid, seorang yang khanif, menyerahkan diri kepada Allah semata dan
membenci kemusrikan.
D. SUMBER
Departemen Agama Republik Indonesia. 1993. Al Qur’an.
Semarang : PT Citra Efthar
Komentar
Posting Komentar